loading...
Part 2
Esoknya, aku
sudah berada di kelas pada jam 6 pas. Mengingat karena akan ada pengayaan
susulan, tiba-tiba saja aku menjadi rajin dadakan. Mandi saja jam 5 pagi,
padahal kalau hari-hari biasa, jam 6 aku baru mandi.
“Al.”
Tanpa kuduga, tiba-tiba
saja Farkhan berdiri di depan mejaku. Aku mendongak untuk menatap wajahnya yang
tampan nan rupawan itu.
“Ya? Kenapa, Khan?”
Untung saja Tuhan
meletakkan posisi jantung berada di dalam tubuh. Coba kalau di luar, bisa
dibayangkan betapa malunya aku kalau Farkhan tahu bahwa sejak dia berdiri di
depan mejaku, jantungku jadi berdetak tak karuan.
“Kemaren ponsel lo
rusak?”
“H-hah? Enggak, kok.
Kenapa emangnya?”
“Gue semalem nge-line lo.”
“Serius?”
Mataku tiba-tiba saja
melebar. Teringat kemarin aku ketiduran dan ponselku sedang di-charger. Bodoh! Kapan lagi aku di-line sama Farkhan?!
“Iya, serius. Lo bisa
cek sendiri.”
“Emang kenapa lo nge-line gue?”
“Buat mastiin lo
baik-baik aja.”
“Eh?”
Sudah kupastikan kalau
pipiku akan berubah warna dalam hiungan detik.
Aduh
Farkhan sayaaang, kamu beneran nanya kayak gitu ke aku?
“Hahaha, canda, kok.
Gue Cuma mau bilang kalo buku catatan Biologi lo ke bawa sama gue.”
Anjrit
anjrit anjrit... kamu kok bohongin aku, sih, sayaaang?!
“Ooh..” aku
mengangguk-anggukkan kepalaku, “terus sekarang buku catatan Biologi gue mana?”
“Nah, buku lo
ketinggalan di rumah.”
“Hmm.. terus kira-kira
kapan lo ngembaliin bukunya?”
“Buru-buru amat,
emangnya gak seneng buku lo ada di gue?”
“Maksud lo?” Alamaaak! Mimpi apa gue semalem..!!
“Canda lagi, kok. Nanti
deh kalo gue inget. Ya udah, gue cabut ke belakang ye.”
“Eh- oke, sip.”
Buru-buru aku menutup
wajahku dengan kedua telapak tangan. Tingkah Farkhan pagi ini sangat tidak
biasa dan bisa saja aku terkena serangan jantung dini gara-gara cowok itu.
Limabelas menit
berlalu, semua murid sudah berada di dalam kelas dan kini kami sedang khusyuk
mendengar penjelasan dari Mr. Wije–guru Bahasa Inggris kami. Kelas tampak
hening dan tenang sampai sebuah suara memecah keheningan.
Broootdh~
“Anjrit. Siapa yang kentut?!”
Semuanya–termasuk aku–serempak
menoleh ke arah Farkhanyang duduk di meja paling pojok, belakang pula. Ia
tampak menutup hidung dengan salah satu telapak tangannya. Refleks, semuanya
juga ikut menutup hidung masing-masing.
“Iya. Siapa sih? Jorok
banget iyuwh.”
“Baunya kayak ikan asin
campur pete.”
“Kok lo tahu sih
baunya? Wah, jangan-jangan elo ya?!”
“Dih. Bukan gue.”
“Dahsyat banget nih
bau. Sampe pengen gue tambahin pake kentut gue.”
“Ewwh.. gak tahan gue
baunyaaaa!!”
Kelas tampak ricuh
karena protes teman-teman yang sudah seperti penjual dan pembeli di pasar.
Terlebih anak perempuan yang–kebanyakan–berteriak-teriak gaje. Padahal hanya sebuah suara kentut dan baunya juga gak bau-bau
amat kok.
Tuk.
Tuk. Tuk
“Hei, hei.”
Spidol Mr. Wijeyang
diketuk-ketukan ke papan tulis menyita perhatian kami yang sebelumnya terfokus
pada kentut. Mr. Wije menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menatap kami dari
barisan paling depan hingga barisan paling belakang. Ia berdeham lalu berkata,
“Dik, ini lagi pengayaan. Harusnya fokus kalian cuma buat pelajaran yang saya
terangkan di depan. Pengayaan itu penting lho, Dik. Maksud dari pengayaan ini
adalah mengulang lagi pelajaran kalian dari kelas tujuh sampai kelas sembilan.
Barangkali kalian lupa, kan bisa kita bahas sama-sama dipengayaan. Paham?”
Kami semua terdiam
sebentar lalu mengangguk-anggukkan kepala kami, “Paham, Pak.”
“Baiklah.
Saya tidak mau lagi kalian selingkuh dari pelajaran saya. Masalah kentut, itu
sebenarnya saya yang kentut. Maafkan saya, ya?”****************************to be continued*******************************
loading...
0 Response to "NOVEL: 3 DAYS Karya Aisyah Fajriah Part 3"
Post a Comment