loading...

Tarian Persahabatan Pelita

loading...

Di sebuah sekolah dasar yang penuh warna dan tawa, hiduplah seorang siswi ceria bernama Pelita. Ia dikenal ramah, cerdas, dan selalu membawa semangat dalam setiap langkahnya. Pelita memiliki sahabat-sahabat yang tak kalah hebat: Cinta, yang bijak dan penuh semangat; Bulbul, si jenaka yang selalu membuat semua tertawa; Rafifah, si pemalu yang pandai menari; dan Selin, si penyayang yang tak pernah marah.


Mereka berlima adalah sahabat sejati. Setiap hari bermain bersama, belajar bersama, dan saling mendukung satu sama lain. Sampai suatu hari, guru mereka, Bu Sinta, memberikan pengumuman yang mengejutkan.


“Anak-anak,” ujar Bu Sinta di depan kelas, “minggu depan kita akan mengadakan pentas seni. Setiap kelompok harus menampilkan tarian kreasi. Silakan bentuk kelompok kalian mulai dari sekarang.”


Pelita langsung tersenyum lebar dan menoleh pada sahabat-sahabatnya. “Yuk, kita satu grup!”


Semua setuju dengan semangat. Namun saat mereka mulai berdiskusi soal jenis tariannya, perbedaan pendapat muncul.


“Aku punya ide! Gimana kalau kita menampilkan tarian ala Korea? Pakai kostum K-Pop, pasti keren!” kata Pelita dengan mata berbinar.


Namun Cinta mengangkat tangan. “Tunggu dulu. Menurutku, tarian India jauh lebih menarik. Kostumnya warna-warni dan gerakannya anggun!”


“Eh, tapi kita gak bisa menari dua-duanya sekaligus dong,” timpal Rafifah dengan cemas.


“Aku sih setuju sama Pelita,” kata Selin.


“Kalau aku lebih suka yang India,” sambung Bulbul, membuat suara makin gaduh.


Diskusi berubah jadi perdebatan. Suara meninggi, wajah mulai kesal. Sampai akhirnya, Cinta berkata, “Kalau kamu maksa banget tari Korea, lebih baik aku keluar dari grup!”


Pelita terdiam, hatinya terasa sakit. Sahabat yang biasa tertawa bersama kini saling membelakangi. Akhirnya mereka semua memutuskan untuk bubar grup. Suasana pun menjadi dingin selama beberapa hari. Mereka duduk berjauhan di kelas dan tak saling menyapa.


Melihat hal itu, Bu Sinta memanggil mereka berlima.


“Kalian tahu, tarian bukan hanya soal gerakan atau kostum,” ujar Bu Sinta lembut. “Tarian adalah tentang kekompakan dan rasa. Kalau kalian bertengkar, maka tarian kalian tidak akan punya makna. Kenapa kalian tidak membuat tarian dari budaya kita sendiri, Indonesia? Banyak sekali tarian yang indah dan bisa kalian modifikasi menjadi tarian kreasi.”


Pelita menatap sahabat-sahabatnya. Cinta pun tersenyum kecil. “Mungkin… kita bisa menari Jaipong? Gerakannya energik, tapi tetap anggun.”


“Aku setuju,” kata Pelita pelan. “Yang penting kita satu grup lagi.”


Akhirnya mereka kembali bersama, saling meminta maaf dan berjanji untuk lebih mendengarkan satu sama lain. Mereka berlatih setiap hari, tertawa, membuat koreografi, dan memilih kostum bersama.


Hari pentas pun tiba. Di atas panggung, dengan pakaian tradisional yang indah, mereka menampilkan tari Jaipong kreasi yang memukau. Penonton bersorak, dan tepuk tangan menggema di seluruh aula sekolah.


Usai pertunjukan, mereka berlima bergandengan tangan, saling tertawa dan berpelukan.


“Persahabatan kita lebih indah dari semua tarian,” bisik Pelita sambil tersenyum.


Dan begitulah, dari konflik kecil mereka belajar tentang arti kebersamaan. Karena sahabat sejati akan selalu menemukan jalan untuk kembali.


TAMAT




loading...

Related Posts: